Call Center: 1500 121 whatsapp tiktok

Kenapa 30 Maret diperingati sebagai Hari Perfilman Nasional?

Kenapa 30 Maret diperingati sebagai Hari Perfilman Nasional?

JAKARTA – Masyarakat Indonesia memiliki hari peringatan film nasional yang jatuh setiap 30 Maret. Rupanya, ada alasan terhadap pemilihan tanggal tersebut.

30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa atau Long March of Siliwangi. Film tersebut merupakan yang pertama disutradarai orang Indonesia asli, yakni Usmar Ismail. Film Darah dan Doa juga adalah produksi perusahaan film nasional Indonesia (Perfini), yang juga didirikan oleh Usmar Ismail. Karenanya, tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Perfilman Nasional.

Dikutip dari Wikipedia, perfilman Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda. Era ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900, di Tanah Abang, Batavia. Ketika itu, bioskop hanya menayangkan film-film bisu.

Lalu di tahun 1926, film bisu pertama yang dibuat di Indonesia berjudul Loetoeng Kasaroeng. Namun, sutradaranya adalah orang Belanda, yakni G. Kruger dan L. Heuveldorp.

Masuk di masa penjajahan Jepang juga diproduksi film Indonesia. Ketika itu, film dijadikan sebagai alat propaganda politik. Namun karena film digunakan sebagai propaganda, era ini juga kerap disebut surutnya produksi film nasional. Bahkan, di tahun 1942, perusahaan film Jepang yang beroperasi di Indonesia, hanya bisa memproduksi tiga film yaitu Pulo Inten, Bunga Semboja dan 1001 Malam.

Era selanjutnya, film Indonesia juga masih kental dipengaruhi oleh politik. Hingga pada tahun 1980, perfilman Indonesia sempat menjadi raja di negeri sendiri. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari.

Setelah itu, pada era 90an muncul film lain seperti Cinta dalam Sepotong Roti, Ramadhan dan Ramona, serta Petualangan Sherina

Kemudian ada film-film yang memasuki tahun 2000an, dengan segmen yang berbeda-beda. Bahkan di masa ini, film Indonesia juga mendulang sukses secara komersil, misalnya film Jelangkung. Film ini juga menjadi tonggak tren film horor remaja yang bisa bertengger di bioskop di Indonesia dalam waktu lama.

Penulis: Sarah Hutagaol (Okezone.com)
Sumber foto: Pixabay.com
Halo....Kami siap membantu Anda!